nuffnang

Carian Blog

Sunday 31 March 2013

10 BINATANG TERAWAL MASUK SYURGA..




1.Unta Nabi Saleh

Mereka menambah lagi, “Cuba kamu keluarkan seekor unta dari batu besar itu,” kata mereka sambil menunjuk ke arah sebuah batu besar sambil tersenyum sinis. Mereka juga telah menerangkan sifat-sifat unta yang dikehendaki.

Kaum Tsamud cukup yakin bahawa Nabi Saleh tidak mampu memenuhi permintaan mereka itu. Sebaliknya Nabi Saleh menjawab dengan tenang.

“Baiklah, sekiranya aku dapat memenuhi permintaan kamu itu, adakah kamu akan beriman kepada Allah dan menerima ajaranku? Adakah kamu akan mengaku bahawa aku adalah utusan Allah?”

“Baiklah, kami akan beriman kepada Allah dan akan menerima segala ajaran kamu,” jawab mereka.

Setelah satu persetujuan dimeterai, maka Nabi Saleh telah menunaikan solat. Baginda memohon kepada Allah agar mengkabulkan permintaannya seperti yang dituntut oleh kaum Tsamud. Baginda juga berdoa semoga kaum itu akan kembali ke jalan yang benar selepas melihat bukti tersebut.

Allah Maha Berkuasa. Dengan sekelip mata sahaja Allah telah mengkabulkan doa Nabi Saleh. Batu besar tadi telah merekah dan terbelah. Lalu keluarlah seekor unta betina yang besar. Unta itu mempunyai semua sifat yang disebutkan oleh kaum Tsamud.

Maka, tercenganglah semua kaum Tsamud yang melihat kejadian itu. Sebahagian daripada mereka mula mengakui kenabian Nabi Saleh. Salah seorang daripada mereka ialah seorang pemimpin kaum Tsamud yang bernama Junda bin Amru. Akan tetapi, sebahagian yang lain masih enggan beriman. Mereka tetap degil dan sombong.

2. Anak Sapi Nabi Ibrahim

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaama”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.”

Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka.

Ibrahim lalu berkata: “Silakan anda makan.” (Tetapi mereka tidak mau makan), kerana itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka.

Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).” (QS. Adz Dzariyat: 24-30)

3.Kambing Gibas Nabi Ismail

…Nabi Ibrahim yang dikatakan memiliki kekuatan 40 kali manusia biasa, dengan pisau yang tajam, maka menyembelih anaknya (Ismail) dan Allah melihat kepatuhan Ibrahim, maka Allah mengirimkan malaikat Jibril untuk menggantikan posisi Ismail dengan kambing gibasy yang gemuk, dengan sekejab saja, ternyata yang putus kepalanya adalah kepala kambing gibasy itu dan Ismailpun diselamatkan oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah SWT. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillaahi Hamd. Dari peristiwa itu telah menjadi syari’at ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam untuk melaksanakan ibadah qurban…

4.Sapi Nabi Musa

..Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yg diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek kerana akal mereka tidak dapat menerima bahawa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahawa Allah telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yg diberikan kapada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.

Berkata mereka kapada Musa secara mengejek: “Apakah dgn cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yg engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kapada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yg harus kami sembelih?”

Musa menjawab: “Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya.”

Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pada seoanrg anak yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda kerana memenuhi syarat dan sifat-sifat yg diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.

Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.

Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Israil yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka…

5. Ikan Yang Memakan Nabi Yunus

…Kemudian Nabi Yunus AS menaiki kapal yang dipenuhi penumpang dan muatan. Ketika mereka berada di tengah-tengah lautan maka kepal itu miring dan hampir tenggelam, dimana mereka harus mengambil salah satu keputusan antara mereka tetap berada di kapal semuanya dengan risiko mengalami kebinasaan; atau membuang sebagian dari mereka agar kapal itu menjadi ringan dan menyelamatkan sisanya.

Akhirnya mereka memilih jalan yang terakhir setelah menemui kesepakatan di antara mereka. Kemudian mereka melakukan pengundian dan sejumlah penumpang terkena undian tersebut termasuk di dalamnya Nabi Yunus AS, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “… kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian.” (Ash-Shaffat: 141).

Yakni ia termasuk dari orang-orang yang kalah dalam undian tersebut. Kemudian mereka pun melemparkannya ke laut, serta seekor ikan besar menelannya, akan tetapi tidak sampai mematahkan tulangnya dan merobek dagingnya.

Ketika Nabi Yunus AS berada di dalam perut ikan, maka dalam keadaan gelap (dalam perut ikan) ia berseru, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.” (Al-Anbiya’: 87). Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada ikan itu supaya memuntahkan Nabi Yunus AS di daerah yang tandus.

Nabi Yunus AS keluar dari perut ikan tersebut bagaikan anak burung yang baru keluar dari telur (baru menetas) kerana keadaannya yang lemah. Kemudian Allah Ta’ala mengasihinya dan menumbuhkan sebuah pohon dari jenis pohon labu baginya, dimana pohon itu meneduhinya, sehingga ia kuat kembali.

Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Yunus AS supaya kembali ke kaumnya, agar ia mengajari dan menyeru mereka, dan penduduk negeri itu memenuhi seruannya sebanyak seratus ribu orang atau lebih, dimana mereka beriman, sehingga Kami karuniakan kepada mereka kenikmatan hidup sehingga batas waktu tertentu…

6. Khimar Nabi Uzair

..Uzair bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahawa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib.

Malaikat yang diutus oleh Allah s.w.t membangunkannya dan bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”

Malaikat bertanya kepadanya: “Berapa jam engkau tidur?”

Uzair menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.”

Malaikat yang mulia itu berkata kepadanya: “Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. ” Engkau tidur selama seratus tahun. Allah s.w.t mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawapan dari pertanyaanmu ketika engkau merasa hairan dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati."

Uzair merasakan kehairanan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta).

Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair: “Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah.”

Uzair melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur.

Uzair merasakan kehairanan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahawa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. Kerana itu, malaikat menunjuk keldainya sambil berkata: “Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang- belulang).”

Uzair pun melihat ke keldainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keldainya. Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah s.w.t membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu.”

Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keldai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintahkan otot-otot saraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keldai. Sementara itu, Uzair memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.

Alhasil, keldai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keldai itu kembali kepadanya dan keldai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah s.w.t yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair berkata: “Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. “

Uzair bangkit dan menunggangi keldainya menuju desanya. Allah s.w.t berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.

7. Semut Nabi Sulaiman

.. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya, “Ya Rabbi, limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.”
(An-Naml: 16-19)

Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”

“Sebesar biji gandum,” jawabnya.

Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.

“Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman.

“Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.”…

8. Burung Hud-Hud Nabi Sulaiman

Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan dan memeriksa seluruh pengikut-pengikutnya baik dari kalangan manusia, jin dan binatang, termasuk burung-burung. Berdasarkan pemeriksaannya, Nabi tidak melihat burung hud-hud. Kerana ketidakhadiran burung hud-hud tersebut, beliau berjanji akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau bahkan menyembelihnya. Ternyata, tidak lama kemudian, burung hud-hud datang menghadap Nabi Sulaiman.

Burung hud-hud menjelaskan perihal keterlambatannya kerana mencari berita tentang adanya seorang wanita yang menjadi pemimpin suatu negara dan dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Atas berita yang dibawa oleh burung hud-hud tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengunjungi kerajaan Saba yang dipimpin oleh Ratu Balqis yang akhirnya masuk Islam dengan dakwah Nabi Sulaiman. Kisah tersebut diabadikan dalam Qur’an Surat An-Naml ayat 22-23.

Kisah tersebut menggambarkan burung hud-hud (sebagai anak buah) yang mempunyai kecerdasan dan kecemerlangan berpikir sehingga pengembaraannya dalam mencari makanan (nafkah) tidak semata untuk tujuan duniawi melainkan untuk penyebaran agama. Burung hud-hud, di antara waktunya, memanfaatkan kesempatan mencari berita dan kabar suatu kaum kerana ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah Islam kepada mereka.

Melalui presentasi burung hud-hud yang gemilang serta keberanian dalam mengemukakan uzur (keterlambatan), Nabi Sulaiman dapat mengajak kaum Saba untuk mentauhidkan Allah.

9. Unta Nabi Muhammad Saw

Ketika itu kami bersama Nabi besar Muhammad Saw tengah berada dalam sebuah peperangan. Tiba-tiba datang seekor unta mendekati beliau, lalu untu tersebut berbicara, “Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah memanfaatkan tenagaku dari semenjak muda hinga usiaku telah tua seperti sekarang ini. Kini ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari keinginan si fulan yang hendak menyembelihku.”

Mendengar pengaduan sang unta, Rasulullah Saw memanggil sang pemilik unta dan hendak membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah memberikan unta tersebut kepada beliau.. Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi Muhammad Saw.

Juga ketika kami tengah bersama Muhammad Saw, tiba-tiba datang seorang Arab pedalaman sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta perlindungan kerana tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa orang yang berkata bohong. Kemudian unta itu berbicara dengan Nabi kami Muhammad Saw, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah yang telah memberikan pengakuan palsu kerana mereka telah dipaksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi.”

10. Anjing Ashabul Kahfi

Anjing tersebut berwarna kuning, di syurga bentuknya berubah menjadi kambing gibas, ia bernama Qithmir, ada yang mengatakan bernama Tawarum dan ada yang mengatakan bernama Huban.

...“(Sebahagian dari) mereka akan berkata: “Bilangan Ashabul Kahfi itu tiga orang, yang keempatnya ialah anjing mereka”; dan setengahnya pula berkata bilangan mereka lima orang, yang keenamnya ialah anjing mereka”, secara meraba-raba dalam gelap akan sesuatu yang tidak diketahui; dan setengahnya yang lain berkata: “Bilangan mereka tujuh orang dan kelapannya ialah anjing mereka”.

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Tuhanku lebih mengetahui akan bilangan mereka, tiada yang mengetahui bilangannya melainkan sedikit”. Oleh itu janganlah engkau berbahas dengan sesiapapun mengenai mereka melainkan dengan bahasan (secara sederhana) yang nyata (keterangannya di dalam al-Quran), dan janganlah engkau meminta penjelasan mengenai hal mereka kepada seseorang pun dari golongan (yang membincangkannya)”.

Sentiasa Tafakur, Muhasabah Diri Kunci Ketenangan


Baginda Rasulullah SAW mengajar kita bagaimanakah usaha yang perlu bagi melahirkan hati yang bersih dan tenang, antaranya ialah tafakur dan muhasabah dengan merenung kehidupan serta memikirkan mengenai hubungan hati kita dengan Allah SWT.

Beristighfar dengan memohon ampun terhadap Allah SWT. Baginda Rasulullah SAW yang bersifat maksum daripada segala dosa beristighfar sebanyak 70 kali sehari semalam walaupun Baginda telah di ampunkan segala dosanya oleh Allah SWT sebagai tanda bersyukur Baginda SAW.

Firman Allah SWT, “Tiadalah Tuhan akan menyeksa mereka, sedangkan engkau berada di antara mereka dan tiadalah tuhan hendak menyeksa mereka selama mereka beristighfar.”Surah al-Anfal, ayat 33.

Berselawat kepada Baginda Rasulullah SAW sekadar bilangan yang termampu untuk mendapat syafaat Baginda SAW di hari akhirat nanti. Rasulullah SAW bersabda. “Barang siapa yang berselawat kepadaku sekali, nescaya Allah SWT akan membalasnya dengan selawat ke atasnya sepuluh kali.”

Firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah SWT dan Malaikat-Nya berselawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu ke atasnya dan ucapkanlah salam kepadanya dengan sepenuh penghormatan.” – Surah Ahzab, ayat 56

Mengingati mati yg tetap akan mengunjungi kita pada bila-bila masa. Sabda Rasulullah SAW. “Perbanyakkan mengingati mati , kerana dengan yang demikian itu akan mengurangkan seseorang itu melakukan dosa dan tidak tamak pada dunia.”

Berzikir secara tersembunyi bagi mengelakkan sifat menunjuk-nunjuk(riak). Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik zikir adalah yang di rahsiakan (dalam hati) dan sebaik-baik rezeki adalah apa yg mencukupi.”

Berdoa kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh. Firman Allah SWT, “Dan Tuhan kamu berfirman, Mohon lah kepada-Ku nescaya Aku akan memperkenankan permohonan kamu.”Surah al-Mukminin, ayat  180.

Perbanyakkan berdoa kepada Allah SWT pada setiap masa. Selepas solat Fardu, membaca al-Quran, solat sunat Tahajud di tengah malam dan berdoa di tempat yg afdal berdoa kerana dengan banyaknya doa, hati akan menjadi bersih, lembut dan sejahtera.

Wallahu’alam..

Thursday 21 March 2013

Kisah Bahaya Ikan Sardin

#KISAH SEORANG SAHABAT#

# Adakah Kita Seringkali Makan Sardin ?? Mari Kita Baca Satu Artikel / Cerita Menarik Dibawah,,,

*Saling Ingt Mengingati,,

Saya dilahirkan dari keluarga miskin. Ibu bapa saya mengusahakan kebun getah. Waktu kecil, apabila ibu atau bapa membeli ikan sardin dalam tin, ia seperti satu makanan mewah. Sejak kecil memang saya suka makan sardin. Apatah lagi kalau masakan sardin yang dimasak oleh arwah ibu. Walaupun saya suka makan sardin, namun tidak berpeluang makan dengan kerap maklumlah bagi keluarga saya ketika itu, ia dianggap mahal.

Harga ikan sardin dalam tin pada hari ini dikira amat murah. Dalam lingkungan RM3 – RM4 sudah dapat satu tin sardin bersaiz besar. Kalau nak dibandingkan dengan membeli ikan kembung segar di pasar, rasanya lebih mudah dan murah membeli ikan sardin dalam tin. Tidak perlu memproses buang perut dan membasuh dan membubuh garam dan kunyit. Pendek kata, kalau beli ikan sardin, buka penutup, potongkan sedikit bawang dan tumiskan dengan cili, dalam tempuh yang singkat sudah siap lauk ikan sardin. Tabiaat suka makan sardin saya berterusan sesudah kahwin. Namun tidak kerap kerana isteri kurang gemar ikan sardin.

Setelah saya berkenalan dan berguru dengan arwah guru, barulah saya terpaksa berhenti terus dari makan ikan sardin. Arwah guru saya bertegas memberikan arahan kepada saya “JANGAN MAKAN IKAN SARDIN”. Satu ketika setelah lama tidak makan ikan sardin, sewaktu saya makan tengahari bersama arwah guru, saya sangat terliur untuk makan lauk ikan sardin. Saya mengambil sepotong ikan sardin. Selepas itu, arwah guru saya tidak mahu bercakap dengan saya untuk beberapa jam kerana sangat marah kepada saya kerana mengambil lauk ikan sardin.

Lama kelamaan saya terpaksa belajar untuk tidak makan lagi ikan sardin. Alhamdulillah dengan pengalaman yang Allah berikan sepanjang bersama arwah guru dan terlibat dengan beberapa kes orang yang suka makan sardin, akhirnya kini saya memandang sangat jijik ikan sardin. Saya tidak akan memakan karipap ikan sardin dan sandwic sardin yang dihidangkan setiap kali mesyuarat di pejabat saya.

Mari kita lihat ikan sardin. Sewaktu saya suka makan ikan sardin dahulu, saya sangat suka makan bahagian tulang ikan sardin kerana ia lembut. Bagaimanakah ikan sardin ini diproses sehingga semua tulangnya menjadi lembut? Kalau kita membuat eksperimen sains yang mudah di rumah dengan merebus seekor ikan kembung selama 3 hari 3 malam secara berterusan, Insya-Allah akan kita dapati bahawa tulang ikan kembung ini tidak akan lembut. Mari kita ubah eksperimen ini dengan menggunakan pressure cooker memasak ikan kembung tersebut selama 3 hari 3 malam juga. Keputusannya akan tetap sama, tulang ikan kembung ini akan tetap keras.

Apa yang ingin saya persoalkan di sini ialah mengapa tulang ikan sardin ini sedia lembut apabila dikeluarkan dari tinnya? Jawapannya ialah sudah tentu terdapat bahan kimia khas yang dimasukkan ke dalam tin ikan sardin ini yang telah bertindak balas dengan tulang ikan ini sehingga menjadikan tulang ini lembut. Mengikut arwah guru saya, bahan kimia inilah yang menjadi ancaman kepada manusia apabila mereka memakan ikan sardin.

Apakah ancaman kepada manusia apabila memakan ikan sardin? Pemerhatian pertama atau kes pertama yang gunakan sebagai bahan bukti buruknya amalan makan sardin ialah kes seorang jiran saya yang terpaksa dibuang keseluruhan rahimnya kerana ketumbuhan fibroid di dalam rahimnya. Semenjak sekian lama saya berjiran dengan hamba Allah ini, saya memang tahu melalui anak-anak saya yang kerap ke rumahnya bahawa hamba Allah ini memang gemar memakan ikan sardin dan mee maggi. Maklumlah bagi seorang wanita dengan kerjaya besar yang sentiasa sibuk dan tiada orang gaji, penyelesaian mudah ialah memasak nasi berlauk ikan sardin dan kalau ingin lebih ringkas, stok mee maggi sentiasa tersedia.

Hamba Allah ini telah kehilangan rahimnya semenjak usianya awal 40an. Begitulah, jikalau kerap seseorang terutama sekali orang perempuan gemar makan sardin, jawapannya, pelbagai tumor seperti fibroid di dalam rahim akan insya-Allah diberikan oleh Allah. Fibroid sebenarnya adalah sejenis kanser benign yang tidak merebak ke bahagian lain tubuh. Sebenarnya berdasarkan pemerhatian- pemerhatian lalu ini boleh dirumuskan seolah-olah di dalam tin ikan sardin terdapat sejenis bahan kimia yang bersifat karsinogen (bahan kimia penyebab kanser). Apabila kerap dan sudah cukup tempohnya, ia akan menyebabkan tumor atau kanser sama ada benign atau malignan. Namun dalam pemerhatian saya ia banyak menyebabkan fibroid dalam rahim dan tumor.

Antara sampel kajian saya yang suka dan kerap makan sardin ialah seorang hamba Allah yang secara tiba-tiba sewaktu mengandungkan anak keduanya iaitu seorang anak perempuan tiba-tiba mengidam makan ikan sardin. Hampir setiap hari sepanjang mengandungkan anak perempuannya ini hamba Allah ini akan makan ikan sardin. Akibat dari tabiaat ini, sebaik sahaja aak perempuan keduanya ini dilahirkan, terdapat ketumbuhan pada rahim bayi perempuan ini. Pembedahan terpaksa dilakukan ketika bayi ini berusia kalau tidak silap saya 3 bulan. Begitulah azab diperolehi dari tabiat gemar makan ikan sardin.

Namun saya bersyukur kepada Allah swt kerana sebenarnya isu makan ikan sardin inilah yang antara menjadi punca sehingga akhirnya hamba Allah ini belajar ilmu agama dari saya sehingga pelbagai amalan syirik dan tangkalnya alhamdulillah telah dapat dibuang. Hamba Allah ini kini alhamdulillah telah menjadi antara murid saya yang banyak sekali mendapat pelbagai rahmat dari Allah walaupun dahulunya jahil.

Sebagai latihan pengukuhan kepada para pembaca budiman semua, cuba lah buat sedikit kajian ke atas mana-mana kenalan atau saudara mara yang pernah mengalami sebarang kes tumor atau fibroid dan selepas itu kajilah sejarah permakanan mereka ini. Kemungkinan besar mereka ini memang gemar dan kerap makan ikan sardin. Dengan itu marilah pembaca sekelian memboikot makan ikan sardin semoga insya-Allah dijauhkan Allah dari terkena sebarang penyakit berkaitan tumor, fibroid atau sebarang penyakit kanser lainnya.

Sekian untuk kali ini. INGAT, jangan makan ikan sardin.

Thursday 28 February 2013

Siapa Tuhan Syiah Yang Sebenar dan Bukti Syiah Kafir




Kini persoalannya, siapa Tuhan Syiah Yang Sebenar? Bukti Syiah Kafir. 

Jawad Zaker, penyanyi terkenal Syiah dalam lagunya Radud atau Maddah di dalam bahasa Parsi. Pertama sekali, lelaki ini iaitu Jawad Zaker adalah orang rapat Khomeini.

Dia berkata, “aku sembah Haidar (Haidar bermaksud Ali). Ini adalah normal dan kebiasaan bagi budaya agama Syiah”.

Tiada sembahan kepada Allah secara realiti, yang ada hanyalah sembah Ali. Penyanyi ini mendapat barah kerongkong dan mati akibatnya. Sebagaimana yang kita tahu, Khomeini juga mati di dalam keji, telanjang di khalayak puak agama Syiah!


Khomeni Mati Dalam Keadaan Taboo. Jenazahnya telanjang sepanjang jalan

Antara lirik lagu tersebut ialah:
Haidar, Haidar, Aku Mabuk dan aku adalah penyembah Ali.
Haidar, Haidar, Wahai Ali, kaulah Tuan kami!

Inilah yang ulama Syiah sembunyikan selama ini dari pengetahuan umum.
Di dalam lagu ini juga, mereka mentafsirkan surah Al-Fatihah dengan memasukkan sifat-sifat Imam mereka! Liriknya:
انا عابد حيدر
Akulah Hamba Haidar (Ali)
انت طريقك طريق المستقيم
Kaulah jalan (Husain) yang lurus
امك الزهراء الرحمن الرحيم
Ibumu az-Zahra (Fatimah) ialah ar-rahman ar-rahim,
زينب مالك يوم الدين
Zainab empunya hari kebangkitan
اياك نعبد واياك نستعين يازينب
Kepada engkau kami sembah, kepada engkau kami memohon pertolongan wahai Zainab!
مهدي مالك الارض
Mahdi (Imam Mahdi Syiah) adalah raja bumi.
لامحمد الا علي

Tiada Muhammad melainkan Ali

Bagaimana tergamak mereka melebihkan Imam mereka dari Allah Taala? Imam yang telah mati dan langsung tidak dapat berbuat apa-apa untuk mereka di dunia!

Di dalam lagu yang lain pula, liriknya:
لا محمد الا على
Tiada Muhammad melainkan Ali,
لا على الا الزهرة
Tiada Ali melainkan Az-Zahra,
لااله الا الزهرة
Tiada Tuhan melainkan Az-Zahra,
ياحيدر انت خالق الارض والسماء
Wahai Haidar, Kaulah Maha Pencipta langit dan bumi
ياحيدر انت عبد الله و انت الله
Wahai Haidar, kaulah hamba Allah dan Kaulah Allah!

Tiada satu pun ulama Syiah berkata, Jawad Zaker seorang Musyrik, malah mereka berbangga dengannya. Malah, orang Syiah sendiri yang mendengarnya, sudah tentu dia berkata, tidak ada apa-apa dengan perkataan ini.
Apakah belum terbukti lagi Syiah KAFIR MUSYRIK?

Adakah kata-kata ini tidak kufur?
Syiah berkata, Wahhabi kufur. Kufur yang bagaimana? Kufur kerana menyeru masyarakat Islam kepada aqidah mentauhidkan Allah?
Mereka cuba membuatkan umat Islam yang cinta kepada Ahlu Bait supaya kufur dan syirik kepada Allah. Inilah misi mereka!

Di dalam lirik lain pula,
ياحيدر انت خالق الارض والسماء
Wahai Haidar, Kaulah Maha Pencipta langit dan bumi

Contoh tawasul Syiah Rafidah di Qum dan Najaf kepada Ali. Tawasul amat digemari oleh puak sufi dan tarekat di Malaysia.

Kami tidak berdaya melainkan kau Ali,
Jangan kecewakan hambamu ini yang datang kepadamu
Jangan tinggalkan hambamu ini wahai Ali.

Syiah merupakan musyrik, zindiq, batiniah dan pagan (tiada agama). Mereka menumpang di dalam dunia Islam dan memutarbelitkan Islam.

Menurut Ibnu Taimiyyah, semasa zaman Fatimiyyah yakni kerajaan Mesir iaitu zaman Universiti Al-Azhar ditubuhkan sebagai pusat dakwah Syiah sebelum Salahuddin Al-Ayyubi menggulingkan Fatimiyyah, zaman itulah nabi shallallahu alaihi wasallam dicaci dan cerca oleh Syiah. Dan saya (penulis) khuatiri, golongan sufi yang berada di Mesir merupakan Syiah Fatimiyyah yang tersisa! Bertopengkan ahlu sunnah, al-maklum kita tahu bahawa tidaklah beriman seorang Syiah melainkan bertaqiyyah (berpura-pura, bohong, munafik).

Kepada mereka yang terikut-ikut Syiah tetapi masih lagi di dalam ahlu sunnah dan masih tidak mensyirikkan Allah, BANGUNLAH!! BUKA MATAMU!! Jangan kau bersekongkol dengan Syiah, kelak kau akan disambar Api Neraka kerana mensyirikkan Allah! Mari bersama ahlu sunnah dan bertaubatlah!

Kepada ahlu sunnah dari kalangan Mazhab Asyairah dan Sufiyyah, kembalilah kepada Al-Quran dan as-Sunnah. Jangan kau menggadaikan imanmu gara-gara kau mempertahankan tradisi turun temurun yang tiada sumber yang sahih kerana sesungguhnya tradisimu itu bersumber dari Syiah!

Monday 25 February 2013

Kehidupan Lebih Tertib Dengan Bimbingan

Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amr bin al-Ash, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT tidak akan mengambil kembali ilmu(agama) dengan mengambilnya dari dalam hati manusia, tatapi mengambilnya dengan kematian ulama hingga tidak bersisa, lalu orang ramai akan mengambil orang bodoh sebagai pemimpin mereka, apabila orang itu bertanya kepada mereka, mereka akan memberikan jawapan-jawapan yang tidak di dasarkan kepada ilmu, maka mereka berada di dalam kesesatan dan menyesatkan orang lain." (HR al-Bukhari)

    Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat mendorong umatnya untuk menuntut ilmu. Istilah ulama pula di gunakan pada orang yang sangat memahami permasalahan agama dan mendalami ilmu agama.

   Pada zaman ini, hampir tiada lagi ulama yang mempunyai penguasaan ilmu yang pelbagai melainkan hanya yang pernah mereka belajar beberapa bidang ilmu dan menguasai satu atau dua cabang ilmu sahaja. Berbeza dengan zaman lampau, mereka yang di sebut sebagai ulama adalah mereka yang menguasai dengan ahli dalam banyak cabang ilmu. Dengan perkataan lain, di zaman ini golongan ulama yang menguasai pelbagai cabang ilmu dengan ahli, semangkin lama semangkin pupus..

   Justeru, dengan waktu yang semangkin singkat di akhir zaman ini, di tambah kesibukkan dan kelalaian kita sendiri dalam mengurus waktu. Marilah bersama kita mengkaji serta mengambil ilmu daripada mereka kerana kehidupan ini tidak akan berjalan dengan tertib tanpa bimbingan ulama dan umarak.

   Tetapi kenyataannya pada hari ini, ramai tidak memahami situasi itu sehingga mereka merasa mampu mengatur kehidupan dunia tanpa merasa perlu membabitkan golongan ulama. Bahkan ulama di anggap sebagai kelompok yang tidak mengetahui situasi, tidak memahami perkembangan zaman, mereka di anggap sebagai golongan yang hanya berbicara dalam masalah ibadah dan akhirat semata.

  Akibatnya, timbul sikap menolak dan meremehkan golongan ulama dan pembabitan mereka dalam urusan mengatur dunia. Justeru adalah tidak menghairankan ada golongan manusia yang menjadikan orang yang jahil dan bodoh sebagai pemimpin mereka hingga akhirnya membawa kepada kesesatan dan kemusnahan.

Monday 18 February 2013

Syeikh Ali Jumaah- Mufti Mesir dalam fatwa Hudud



Lewat ini fatwa hudud di politikkan. Ingin dimaklumkan bahawa Syeikh Ali Jumaah Mufti Al Azhar dari Mesir tidak menyertai mana mana parti politik. Fatwa beliau  sesuai dengan keahliannya yang mantap ilmu dan kewarakannya.  Islam sangat ADIL. Permasalahan Hudud dan kemasyalatan ummah Islam serta saksi yang tidak pernah menipu , fasik dan munafik menjadi sebab kenapa beliau mengeluarkan  Fatwa Hukum Hudud  ditangguhkan di zaman ini.

Satu  daripada Fatwa Syaikhuna Ali Goma'ah HafizohuLLOH ialah Bab Hukum Hudud yang menjadi lelongan orang JUHALAK dek kerana semangat sahaja malas nak belajar dan mengkaji, Bodoh tapi sombong tetapi belagak lebih islam daripada orang lain sampai mudah sangat menuduh orang Kafir dan tolak hukum ALLOH ....



Ini antara Fatwa Sayyidi Syaikh Ali Goma'ah Bab Hudud Teks Arabnya :

عقوبات الحدود.. بين التعليق والتطبيق
حقائق.. حول تطبيق الشريعة والحدود

الأربعاء, 03 أغسطس 2011 00:00


فضيلة الدكتور علي جمعة
د. علي جمعة
قضية تطبيق الشريعة لا بد أن تفهم بصورة أوسع من قَصرها على تطبيق الحدود العقابية بإزاء الجرائم، كما هو شائع في الأدبيات المعاصرة، سواء عند المسلمين أو عند غيرهم، حيث إن تطبيق الشريعة له جوانب مختلفة، وله درجات متباينة، وليس من العدل أن نَصف واقعاً ما بأنه لا يطبق الشريعة لمجرد مخالفته لبعض أحكامها في الواقع المعيش، حيث إن هذه المخالفات قد تمت على مدى التاريخ الإٍسلامي وفي كل بلدان المسلمين ودولهم بدرجات مختلفة ومتنوعة، ولم يقل أحد من علماء المسلمين إن هذه البلاد قد خرجت عن ربقة الإٍسلام أو إنها لا تطبق الشريعة، بل لا نبعد في القول إذا ادعينا أن كلمة تطبيق الشريعة كلمة حادثة.
وهناك حقائق يجب معرفتها:
1 - أن الشريعة تعني ما يتعلق بالعقائد والرؤية الكلية من أن هذا الكون مخلوق لخالق، وأن الإنسان مكلف بأحكام شرعية تصف أفعاله، وأن هذا التكليف قد نشأ من قبيل الوحي، وأن الله أرسل به الرسل وأنزل الكتب، ويوم آخر للحساب وللثواب والعقاب، كما أنها تشتمل على الفقه الذي يضبط حركة السلوك الفردي والجماعي والاجتماعي، وتشتمل أيضا على منظومة من الأخلاق وطرق التربية ومناهج التفكير والتعامل مع الوحي قرآناً وسنة، ومع الواقع مهما تغير أو تبدل أو تعقد.
2 - قضية الحدود تشتمل على جانبين: الجانب الأول هو الاعتقاد بأحقية هذا النظام العقابي في ردع الإجرام، وفي تأكيد إثم تلك الذنوب ومدى فظاعتها وتأثيرها السيئ على الاجتماع البشري ورفضها بجميع صورها نفسيا لدى البشر، وأن هذا النظام العقابي لا يشتمل على ظلم في نفسه ولا على عنف في ذاته، والجانب الآخر هو أن الشرع قد وضع شروطاً لتطبيق هذه الحدود، كما أنه قد وضع أوصافاً وأحوالاً لتعليقها أو إيقافها، وعند عدم توفر تلك الشروط أو هذه الأوصاف والأحوال فإن تطبيق الحدود مع ذلك الفقد يعد خروجاً عن الشريعة.
3 - المتأمل في النصوص الشرعية يجد أن الشرع لم يجعل الحدود لغرض الانتقام، بل لردع الجريمة قبل وقوعها، ويرى أيضاً أن الشرع لا يتشوف لإقامتها بقدر ما يتشوف للعفو والصفح والستر عليها. والنصوص في هذا كثيرة لا تتناهى.
4 - لمدة نحو ألف سنة لم تقم الحدود في بلد مثل مصر، وذلك لعدم توفر الشروط الشرعية التي رسمت طرقا معينة للإثبات، والتي نصت على إمكانية العودة في الإقرار، والتي شملت ذلك كله بقوله صلى الله عليه وسلم: "ادرؤوا الحدود بالشبهات" .. وقول عمر بن عبد العزيز: "لأن أخطئ في العفو ألف مرة خير من أن أخطئ في العقوبة".
5 - قد يوصف العصر بصفات تجعل الاستثناء مطبقاً بصورة عامة، في حين أن الاستثناء بطبيعته يجب أن يطبق بصورة قاصرة عليه، من ذلك وصف العصر بأنه عصر ضرورة، ومن ذلك وصف العصر بأنه عصر شبهة، ومن ذلك وصف العصر بأنه عصر فتنة، ومن ذلك وصف العصر بأنه عصر جهالة، وهذه الأوصاف تؤثر في الحكم الشرعي، فالضرورة تبيح المحظور، حتى لو عمت واستمرت، ولذلك أجازوا الدفن في الفساقي المصرية مع مخالفتها الشريعة، والشبهة تجيز إيقاف الحد كما صنع عمر بن الخطاب في عام الرمادة حيث عمت الشبهة بحيث فٌقد الشرط الشرعي لإقامة الحد، والإمام جعفر الصادق والكرخي وغيرهما أسقطوا حرمة النظر إلى النساء العاريات في بلاد ما وراء النهر لإطباقهن على عدم الحجاب حتى صار غض البصر متعذراً إن لم يكن مستحيلاً، ونص الإمام الجويني في كتابه الغياثي على أحوال عصر الجهالة وفصل الأمر تفصيلاً عند فقد المجتهد ثم العالم الشرعي ثم المصادر الشرعية، فماذا يفعل الناس؟
ويتصل بهذا ما أسماه الأصوليون في كتبهم -كالرازي في المحصول- بالنسخ العقلي، وهو أثر ذهاب المحل في الحكم، وهو تعبير أدق؛ لأن العقل لا ينسخ الأحكام المستقرة، وذلك بإجماع الأمة، ولكن الحكم لا يطبق إذا ذهب محله، فالأمر بالوضوء جعل غسل اليد إلى المرفقين من أركانه فإذا قطعت اليد تعذر التطبيق أو استحال، وكذلك الأحكام المترتبة على وجود الرقيق، والأحكام المترتبة على وجود الخلافة الكبرى، والأحكام المترتبة على وجود النقدين بمفهومهما الشرعي من ذهب أو فضة ومثل ذلك كثير.
6 - من أجل الوصول إلى تنفيذ حكم الشرع ومراد الله سبحانه منه والوصول إلى طاعة الله ورسوله، يجب علينا أن ندرك الواقع، وفي حديث ابن حبان في صحيحه في موعظة آل داود أن يكون المؤمن مدركا لشأنه، عالماً بزمانه.
ومن هنا فإن الفقهاء نصوا على أن الأحكام تتغير بتغير الزمان إذا كانت مبنية على العرف (نص المادة 90 من مجلة الأحكام العدلية)، وأجاز المذهب الحنفي في جانب المعاملات العقود الفاسدة في ديار غير المسلمين، فتغيرت الأحكام بتغير المكان، وقاعدة الضرورات تبيح المحظورات والمأخوذة من قوله تعالى: (فمن اضطر غير باغ ...) تجعل الشأن يتغير بتغير الأحوال، وكذلك تتغير هذه الأحكام بتغير الأشخاص، فأحكام الشخص الطبيعي الذي له نفس ناطقة تختلف عن الشخص الاعتباري حيث لا نفس له ناطقة.
وهذه الجهات الأربع وهي الزمان والمكان والأشخاص والأحوال هي التي نص عليها القرافي كجهات للتغير يجب مراعاتها عند إيقاع الأحكام على الواقع.
ومعلوم أن عصرنا لم يعد أمسه يعاش في يومنا، ولا يومنا يعاش في غدنا، وسبب ذلك أمور: منها: كم الاتصالات والمواصلات والتقنيات الحديثة التي جعلت البشر يعيشون وكأنهم في قرية واحدة، ومنها زيادة عدد البشر زيادة مضطردة لا تنقص أبدا منذ 1830 ميلادية وإلى يومنا هذا. ومنها كم العلوم التي نشأت لإدراك واقع الإنسان في نفسه أو باعتباره جزءاً من الاجتماع البشري، أو باعتباره قائما في وسط هذه الحالة التي ذكرناها.
وسمات العصر هذه ونحوها غيرت كثيراً من المفاهيم، كمفهوم العقد، والضمان، والتسليم، والعقوبة، ومفهوم المنفعة، ومفهوم السياسة الشرعية، فلا بد من إدراك ذلك كله حتى لا تتفلت منا مقاصد الشريعة العليا.
تجارب تطبيق الحدود
7 - يمكن عرض تجارب الدول الإسلامية المعاصرة مع قضية تطبيق الحدود:
أ - فنجد أن السعودية تطبق الحدود عن طريق القضاء الشرعي مباشرة من غير نصوص قانونية مصوغة في صورة قانون للعقوبات الجنائية، والتطبيق السعودي للحدود مستقر وليس هناك أي دعوة أو توجه مؤثر لإلغائها أو إيقافها أو تعليقها. وإن كانت هناك بعض النداءات من معارضي النظام السياسي تدعو إلى ضبط الإجراءات وتصف النظام الحالي بعدم العدالة وباعتدائه على حقوق الإنسان.
ب - حالة باكستان والسودان وإحدى ولايات نيجيريا وإحدى ولايات ماليزيا وإيران والتي نصت قوانينها على الحدود الشرعية وتم الإيقاف الفعلي لها من ناحية الواقع في الباكستان، وتم تعليقها بعد عهد النميري في السودان، وتم تعليقها أيضاً في إيران وماليزيا، وطبقت في ولاية نيجيريا بصورة غاية في الجزئية، ويشيع في كل هذه البلدان العمل بالتعزير بدلاً من تطبيق الحد، فيما عدا الجرائم التي تستوجب الإعدام.
جـ- بقية الدول الإسلامية والتي يبلغ عددها 56 دولة من مجموع 196 دولة في العالم سكتت في قوانينها عن قضية الحدود، وكانت وجهة النظر في هذا الشأن أن عصرنا عصر شبهة عامة، والنبي صلى الله عليه وسلم يقول: "ادرؤوا الحدود بالشبهات"، كما أن الشهود المعتبرين شرعاً لإثبات الجرائم التي تستلزم الحد قد فقدوا من زمن بعيد، فيورد التنوخي في كتابه "نشوار المحاضرة": أن القاضي كان يدخل المحلة أو القرية فيجد فيها أربعين شاهدا ممن نرضى من الشهداء عدالة وضبطاً، وأنه الآن - أي في عصره - يدخل القاضي البلدة فلا يجد فيها إلا الشاهد أو الشاهدين. وأن عصرنا بصفة عامة يمكن أن يوصف بفقد الشهادة أيضاً.
وأن التفتيش للوصول إلى الحقيقة التي تؤدي إلى إقامة الحد ليس من منهاج الشريعة، فإن ماعزاً أتى يقر على نفسه فأشاح النبي بوجهه أربع مرات، ثم أحاله على أهله لعلهم يشهدون بقلة عقله أو جنونه، ثم أوجد له المخارج، ولما رجع في إقراره أثناء إقامة الحد قال رسول الله لعمر: هلا تركتموه؟. وأخذ العلماء من هذا جواز الرجوع عن الإقرار ما دام في حق من حقوق الله وليس بشأن حق من حقوق البشر، كما أن النبي صلى الله عليه وسلم لم يسأله عن الطرف الآخر للجريمة، وهي المرأة، ولم يفتش عنها حتى كنوع من أعمال استكمال التحقيق. وأخرج ابن أبي شيبة عن أبي بكر وعمر وعثمان: أن السارق كان يؤتى به إليهم، فيقول له الإمام: أسرقت؟ قال: لا!.
فالنص على الحدود -كما ذكرنا- يفيد أٍساساً: تعظيم الإثم الذي جُعل الحد بإزائه، وأنه من الكبائر والقبائح التي تستوجب هذا العقاب العظيم، ويؤدي ذلك إلى ردع الناس عن هذه الجرائم على حد قوله تعالى: (ذلك يخوف الله به عباده يا عبادي فاتقون)، ويكمل الحد في هذا الشأن: الضبط الاجتماعي الذي يتولد من الثقافة السائدة لدى الكافة باستعظام هذه الآثام ونبذ من اشتهر بها أو أعلنها أو تفاخر بفعلها. كما أن الشرع فتح باب التوبة، وأمر بالستر في نصوص عديدة من الكتاب السنة.
8 - ولقد ذكرنا ما ذكرناه إجابة على المبادرة، نرى أن هذه القضية بهذه الصورة ليست ملحة أصلاً، ولا هي في ترتيب أولوياتنا بالمسألة الأَََََولى، بل إن إثارتها الآن يضر ولا ينفع.
والله أعلم.


Terjemahannya :

Dalam memperkatakan tentang perlaksanaan hudud, satu perkara asas mesti dimaklumi semua pihak, iaitu Syariat Islam telah meletakkan beberapa syarat yang perlu ada sebelum sesebuah negara melaksanakan hudud. Justeru, apabila dikatakan ‘suasana semasa tidak kondusif bagi perlaksanaan hudud’, ia bermakna syarat-syarat perlaksanaan hudud itu belum mengcukupi.
Kenyataan ini sama sekali tidak bermaksud hukum hudud itu sendiri ada kelemahan atau kecacatan, sehingga ia tidak boleh dilaksanakan dalam suasana semasa. Hukum hudud adalah sempurna dan lengkap. Cuma suasana semasa tidak memiliki syarat yang ditetapkan yang membolehkan ia dilaksanakan.

Ringkasnya, kenyataan ‘suasana semasa tidak kondusif bagi perlaksanaan hudud’, bukan mempertikaikan kesempurnaannya dan kewajipan melaksanakannya. Ia sebaliknya berkenaan ‘ketidaksempurnaan’ suasana semasa. Iaitu tidak memiliki syarat yang ditetapkan bagi membolehkan hukum itu dilaksanakan.

Antara syarat tersebut ialah kewujudan saksi-saksi yang berwibawa.
Bagi mensabitkan jenayah hudud (zina, qazaf, minum arak, mencuri, hirabah dan kesalahan murtad), saksi yang bersifat adil (‘adalah) diperlukan. Saksi yang adil didefinisikan sebagai, antaranya ‘seorang Islam yang menjauhi dosa-dosa besar, tidak berterusan melakukan dosa-dosa kecil, bersikap baik dan bersopan santun (chivalry), dan boleh dipercayai ketika marah. Dengan makna tidak melampau batas dalam tindak tanduknya ketika marah (Rujuk Feqh al-Manhaji, jld. 3, ms.569)
Ketiadaan saksi yang memenuhi piawaian yang dinyatakan, akan mengakibatkan hukuman hudud tidak boleh dilaksanakan.

Zaman ketiadaan saksi

Persoalannya di sini, wujudkah saksi-saksi seperti yang dinyatakan pada masa sekarang? Jika diambil kira kenyataan sesetengah ulama dahulu kala, boleh dikatakan kita mempunyai jawapan yang hampir pasti bagi persoalan ini.

Dalam karyanya, Nisywarul Muhadharah, Al-Qadhi Al-Tanukhi (356-446 Hijrah) ada memperkatakan tentang realiti manusia di zaman beliau dan zaman sebelumnya. Beliau mencatatkan dalam karyanya itu, “sesungguhnya hakim [pada zaman sebelum ini], ketika memasuki sesuatu tempat atau kampung, dia [boleh] menemui 40 orang saksi yang kita perakui [kewibawaan mereka] dari segi ‘adalah (sifat adil) dan ketepatan (accuracy). [Tapi] sekarang, [iaitu pada zaman beliau] seseorang hakim, apabila memasuki sesebuah negeri, dia tidak [dapat] menemui melainkan seorang atau dua orang [yang layak menjadi] saksi”.

Demikian realiti manusia pada zaman Al-Tanukhi, iaitu sekitar 980 tahun yang lampau. Jika pada zaman beliau tidak boleh ditemui melainkan 1 atau 2 orang yang layak menjadi saksi bagi mensabitkan kes-kes hudud, maka apakah pada zaman kini-yang disifatkan sebagai akhir zaman yang penuh dengan kerosakan-saksi yang memenuhi piawaian yang ditetapkan syarak itu, mudah didapati?
Jawapannya ada pada Mufti Mesir yang diperakui kemantapan ilmu dan kewarakannya, Al-Allamah Syaikh Ali Jum’ah (juga ditulis sebagai Ali Gomaa).

Setelah menukilkan kata-kata Al-Tanukhi diatas, Syaikh Ali Jum’ah dengan jelas menyatakan bahawa, “zaman kita secara umumnya, boleh disifatkan sebagai [zaman] yang kehilangan kesaksian [saksi-saksi yang berwibawa]”.

Dalam erti kata lain, zaman ini ialah zaman dimana kita sudah kehilangan saksi-saksi yang berwibawa pada nilaian syarak, yang boleh diterima kesaksian mereka dalam perbicaraan membabitkan kes-kes hudud. Dalam realiti Negara Mesir, fenomena ketiadaan syarat yang mencukupi bagi melaksanakan hudud, sebenarnya telah lama berlaku, iaitu sejak sekitar 1000 (seribu) tahun yang lampau. Ini dinyatakan sendiri oleh Syaikh Ali Jum’ah.
Oleh sebab itu, jelas beliau, Negara Mesir, sejak lebih kurang 1000 (seribu) tahun yang lampau, tidak pernah melaksanakan hudud disebabkan fenomena yang dinyatakan.

Hudud bukan keutamaan

Oleh kerana zaman kini tidak memiliki ‘kelayakan’ untuk melaksanakan hudud, antaranya kerana tidak memiliki saksi-saksi yang berwibawa, maka menurut Mufti Mesir ini lagi, persoalan hudud bukan sesuatu yang mendesak dan bukan suatu keutamaan.
Lebih dari itu, menurut beliau, membangkitkan isu hudud pada masa sekarang (iaitu tahun 2006, tahun beliau menyatakan pandangan) mendatangkan mudarat dan tidak memberi manfaat.

Sebagai penutup, perlu dinyatakan di sini, Syaikh Ali Jum’ah tidak menyatakan secara jelas bahawa zaman kini tidak kondusif bagi perlaksanaan hudud, seperti yang terpapar pada tajuk tulisan ini. Tajuk itu sebaliknya adalah rumusan dan kesimpulan penulis daripada dua kenyataan beliau.
Pertama, beliau menegaskan bahawa zaman kini boleh disifatkan sebagai zaman yang ketiadaan saksi yang boleh diterima bagi mensabitkan hukum hudud (seperti yang telah dinyatakan); dan kedua, beliau menyifatkan zaman ini sebagai zaman syubhah (penuh keraguan). Manakala prinsip yang terpakai dalam hukum hudud ialah ‘hukuman hudud diabaikan disebabkan kewujudan syubhah’.

Prinsip ini diambil daripada sabda Nabi s.a.w yang bermaksud, ‘abaikanlah [hukuman] hudud dengan sebab [adanya] syubhah’.

Jika demikianlah keadaan zaman kini menurut kaca mataSyaikh Ali Jum’ah, maka bolehlah disimpulkan, perlaksanaan hukum hudud pada zaman kini tidak kondusif disebabkan dua sebab yang dinyatakan.

Pandangan beliau ini secara tindak langsung memberi ‘signal’ amaran kepada semua pihak, agar tidak tergesa-gesa menjatuhkan hukuman ke atas mana-mana pihak yang tidak sependapat dengan mereka dalam soal perlaksanaan hudud.


Dan, inilah objektif tulisan ini. Ia tidak bertujuan mengikat mana-mana pihak dengan pandangan al-Allamah Mufti Mesir ini!
والله أعلم

Moga-moga dengan perletakan Jawatan sebagai Mufti, Sayyidi Syaikhona Syaikh Ali Goma'ah dapat menyebarkan sepenuh masa ilmu nya yang ibarat Mas permata untuk kita pelajar Al-Azhar.. dan kita juga dapat sepenuhnya menghadiri setiap pengajian dengan Beliau HafizohuLLOH dan bertambah ilmu agama dan siyasah yang sebenar untuk kita. Ramai yang rasa alim politik islam tetapi yang sebenarnya mereka BODOH dan SOMBONG , tidak dapat membezakan antara Siyasah Islamiyyah dan Islam Siyasi Hizbiyyah

Sebab itu juga Sayyidi Syaikhona HafizohuLLOH tidak mahu menyertai mana-mana parti politik :


Dipetik dari sumber

yang menyatakan kebenaran
Ustaz Syed Faiz Al-Idrus
 As-Sayyid Faez Al 'Aydrus السيد احمد فائزالعيدروس
الله موجود بلا مكان ولا تحيز في أي جهة
Aqidah di dahulukan,
Syari'ah menjadi amalan
Membangun mengikut Islam

Sunday 17 February 2013

Antara tanda-tanda kecil kiamat

               Hari kiamat adalah hari akhir bagi semua makhluk di alam ini. Ini adalah hari semua manusia di himpunkan dari seawal-awal kelahiran iaitu manusia sejak zaman Nabi Adam dan Hawa hinggalah kepada manusia yang paling akhir di jadi dan di matikan oleh Allah swt.
               Pada hari itu juga manusia di hisab amalannya. Hari kiamat adalah sesuatu perkara yang sebenar sebagaimana benarnya setiap manusia akan mati. “ Dan sesungguhnya kiamat akan datang, tidak ada syak padanya dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan orang yang di dalam kubur “ (Surah al-Hajj, ayat 7)

Antara tanda kecil berlakunya kiamat ialah:

  • ·         Penaklukkan Baitulmaqdis di Palestin -  Daripada Auf bin Malik RA katanya, Rasulullah SAW bersabda : “ Aku menghitung enam perkara menjelang hari kiamat. Baginda menyebutkan satu di antaranya, penaklukkan Baitulmaqdis “ ( Hadis sahih Bukhari )
  • ·         Zina berleluasa – “ Dan tinggallah manusia yang buruk yang sesuka hati melakukan persetubuhan seperti keldai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang “ (Hadis sahih Muslim)
  • ·         Alat muzik menjadi kebangaan dan di gilai – Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan dan perubahan pada muka bumi. Ada yang bertanya kepada Rasulullah: “ Wahai Rasulullah bila hal itu terjadi..?” Baginda menjawab: “ Apabila bermaharajalela muzik (bunyi-bunyian) dan ramainya penyanyi wanita” (Hadis riwayat Ibnu Majah)
  • ·         Menghias masjid dan membanggakannya – “Antara tanda dekatnya kiamat ialah manusia bermegah-megah dalam mendirikan masjid” ( Hadis Riwayat Nasai )
  • ·         Munculnya kekejian memutuskan persaudaraan dan bersikap buruk dengan jiran – “Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan kesat memutuskan hubungan silaturahim dan bersikap buruk dengan jiran” (Hadis riwayat Ahmad dan Hakim)
  • ·         Ramai orang soleh meninggal dunia – “Tidak akan datang hari kiamat sehinnga Allah SWT mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama di muka bumi. Maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang hina dan buruk yang tidak mengetahui dan tidak memgingkari kemungkaran” (Hadis riwayat Ahmad )
  • ·         Orang hina mendapat kedudukkan terhormat -  “Antara tanda semangkin dekatnya kiamat ialah dunia di kuasai oleh Luka’ bin Luka’ (orang yang bodah dan hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang beriman yang di apit oleh dua orang mulia” (Hadis riwayat Thabrani)
  • ·         Mengucapkan salam kepada orang di kenali sahaja. – “Sesungguhnya antara dekatnya kiamat ialah manusia tidak mahu mengucapkan salam kepada orang lain kecuali kepada yang di kenali sahaja” (Hadis riwayat Ahmad)
  • ·         Ramai wanita berpakaian, tapi hakikatnya telanjang – “Antara tanda dekatnya hari kiamat adalah akan muncul pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang” ( Hadis riwayat Abu Hurairah RA )
  • ·         Bulan sabit kelihatan besar – “Antara tanda dekatnya hari kiamat ialah membesarnya bulan sabit.” (Hadis riwayat Thabrani)
  • ·         Banyak dusta dan tidak tepat dalam menyampaikan berita – “Pada akhir zaman akan muncul pembohong besar yang akan datang padamu dengan membawa berita yang belum pernah kamu dengar dan belum pernah di dengar oleh ibubapa kamu sebelumnya, kerana iyu jauhkanlah dirimu daripada mereka agar mereka tidak menyesatkanmu dan memfitnahmu.” (Hadis sahih Muslim)
  • ·         Ramai menjadi saksi palsu dan di sembunyi kesaksian yang sebenar – “Sesungguhnya sebelum datang hari kiamat akan banyak kesaksian palsu dan di sembunyikan kesaksian yang benar.” (hadis riwayat Ahmad)
  • ·         Negara Arab menjadi padang rumput dan sungai – “ Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput dan sungai.” (Hadis sahih Muslim)

Try Click Here..